Secercah Nasehat dan Kehidupan Indah Ayahanda Al Allamah Muqbil bin Hadi Al Wadii


Judul: Secercah Nasehat dan Kehidupan Indah Ayahanda Al Allamah Muqbil bin Hadi Al Wadii
Terjemah: Nubdzah Mukhtasharah Min Nashaih Walidi Al-Allamah Muqbil bin hadi Al-Wadi’i Wa Siratihi Al’Athirah
Pengarang: Ummu ‘Abdillah bintu Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i
Penerbit: Pustaka Al-Haura
Tebal : 164 halaman
Fisik : 14,5 cm x 20,5 cm, uv, soft cover
Disc (SKB)

Harga: Rp. 15.500

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu itu sekaligus dari hamba-hamba-Nya. Namun Dia mencabut ilmu itu dengan mematikan para ulama, sehingga ketika Dia tidak menyisakan seorang alim-pun, akhirnya manusia mengambil para pemimpin (dari kalangan) orang-orang yang jahil (tidak berilmu), dan mereka (para pemimpin itu) ditanya, lalu mereka berfatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.” (HSR. Al-Imam Al Bukhari dan Muslim dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma)
Buku ini berisi sekelumit tentang Syaikh Al-Muhaddits Muqbii bin Hadi dan diterjemahkan dengan harapan agar kaum muslimin terutama para penuntut ilmu, dapat meneladani kehidupan beliau dalam berjalan di atas manhaj dan menyebarkan dakwah salafiyah yang penuh berkah ini.
Buku ini bukan hanya bercerita untuk menonjolkan pribadi beliau. Lebih dari itu, juga berisi nasehat-nasehat dan peringatan yang sangat berguna bagi kaum muslimin terlebih lagi bagi para da’inya, agar mereka betul-betul berjuang menyebarkan dakwah ini dengan bekal ilmu dan ketakwaan.
Lihatlah bagaimana Syaikh tidak peduli dengan gemerlapnya dunia yang menipu ini. Beliau tidak risau, betapapun banyaknya yang menghambat dakwah dari kalangan ahli bid’ah atau ahli dunia. Kenyataan ini, terutama bagi mereka yang pernah duduk bertahun-tahun bersama beliau, tentu sangat dimengerti. Sehingga cukuplah buku ini sebagai salah satu hujjah terhadap mereka yang membawa dirinya bersama hizbiyyin, lalu mencap bahwa dirinya adalah murid Syaikh.
Tidak ingatkah kita, Syaikh selalu mengulang-ulang bahwa berjalannya dakwah ini bukan karena banyaknya ilmu, harta ataupun kefasihan serta kekuatan kita, tetapi semuanya adalah sesuatu yang memang dikehendaki Allah. Semua ini adalah karunia dari Allah. Sehingga hendaknya kita syukuri nikmat dan karunia Allah ini, dengan memanfaatkannya untuk semakin dekat dan taat kepada Allah serta menyebarkan dakwah ini sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah.
Ibnul Qayyim pernah mengingatkan dalam kitab beliau Al-Fawa’id (hal.196) dari Syaqiq bin Ibrahim, bahwa dia berkata,
“Enam hal yang menyebabkan seseorang terhalang untuk mendapat taufik dari Allah, yaitu:
– Sibuknya mereka dengan kenikmatan namun lalai untuk mensyukurinya
– Cintanya mereka kepada ilmu tapi mereka tidak mengamalkannya
– Mereka bersegera berbuat dosa tapi menunda-nunda taubat
– Tertipu (merasa bangga) berteman (bergaul) dengan orang-orang shalih tapi tidak mau meneladani perbuatan mereka
– Mereka tahu bahwa dunia berpaling menjauhi mereka, tetapi mereka berusaha mengejarnya (menyusulnya)
– Mereka tahu akhirat mendatangi mereka, tetapi mereka justru berpaling menjauhinya.”
Kami ungkapkan ini untuk mengingatkan kaum muslimin, terutama Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan lebih khusus lagi murid-murid Syaikh Muqbil Jangan sampai kita tertipu, merasa bangga menjadi murid beliau tetapi kita tidak pernah meniru perilaku beliau. Dan inipun bukan sekedar ucapan tapi hendaknya diwujudkan dalam sikap dan perbuatan.

Tinggalkan Balasan